BERWISATA KE SURGA PENCINTA BUKU DI PASAR SENEN .

Para pencinta buku saat ini semakin dimanjakan dengan adanya buku-buku bermutu yang bisa dibaca atau diunduh dengan gratis secara daring. Dengan memiliki sebuah ponsel murahan saja kita bisa bertualang ke seluruh dunia dengan membaca buku.

Adanya kemudahan di era digital ini tentu saja berpengaruh terhadap menurunnya penjualan buku di semua tempat. Hal ini juga dirasakan oleh para pedagang buku bekas di pasar Senen dan Kwitang. Di tengah penjualan yang semakin turun, mereka masih bertahan  melayani pelanggan yang tetap mencari buku-buku bekas di dua lokasi itu.

Sudah berpuluh-puluh tahun pasar Senen dikenal sebagai salah satu tujuan favorit para pencinta buku yang mencari berbagai buku dengan harga murah. Kita bisa bertualang keluar masuk toko buku dan menikmati kebebasan memilih semua jenis buku, mulai dari yang berserakan  di lantai sampai yang  tersusun tinggi hingga menyentuh langit-langit toko.

Berjalan-jalan di tengah lautan buku di pasar Senen benar-benar suatu kenikmatan tersendiri bagi pencinta buku, kira-kira sama nikmatnya dengan emak-emak yang berkeliaran di dalam pasar Tanah Abang dengan membawa dompet tebal ...😊😊.

Sebelum kebakaran terakhir yang menimpa pasar Senen pada bulan Januari tahun ini, pedagang buku bekas ini bisa kita jumpai dengan mudah di terminal bus dan pasar Inpres Senen. Bagian samping pasar Inpres ini memang menghadap ke terminal bus.

Baru saja kita menjejakkan langkah di depan deretan toko-toko buku, langsung diberondong oleh pertanyaan dari abang-abang pemilik toko sehingga terjadi percakapan seperti ini, "Mau cari buku apa, Bu?"

"Mau lihat-lihat dulu, Bang."

"Silakan, Bu. Perlu buku apa?".

"Buku IPS untuk SD, Bang."

"Kelas berapa, Bu? Penerbit Erlangga atau Yudistira?"

Pengetahuan abang-abang pemilik dan pelayan toko buku di Senen benar-benar jempolan. Mereka hafal semua judul buku anak sekolah berikut nama penerbitnya. Bagi orang yang tidak terbiasa berbelanja buku di sana, dengan mudah akan masuk ke dalam jeratan abang-abang tersebut.

Sekali saja kita terbujuk untuk masuk ke dalam salah satu toko, mereka tidak akan melepaskan mangsanya. Kita akan dipersilakan duduk di bangku yang tersedia lalu mereka akan mencatat buku-buku apa saja kita cari. Jika buku-buku tersebut tidak semuanya ada di toko mereka, kita akan diminta untuk mengunggu. Dengan sangat cepat mereka akan berkeliling mencari buku buku yang kita butuhkan di toko teman-teman mereka. Kita hanya perlu duduk manis dan menunggu.

Bagi saya yang sering datang ke sana, cukup sekali saja termakan bujukan si Abang. Ngapain coba, duduk manis dan menunggu di toko? Sangat membosankan. Lebih baik kita sendiri yang berkeliaran mencari buku. Lagipula, harganya pasti lebih mahal karena si Abang sudah menaikkan  harganya supaya mendapat untung.

Cara terbaik adalah jangan pernah mau diajak masuk ke dalam sebuah toko kalau kita tidak melihat sendiri buku yang kita cari ada di toko itu. Yang kedua, pilih dulu buku-buku yang kita inginkan di dalam sebuah toko, lalu tanya harga semua buku tersebut. Tawar saja harganya sampai separuh lalu bernegosiasilah dengan pemilik toko. Dengan cara ini kita bisa mendapatkan harga buku yang lebih murah dibanding menawar harga setiap buku.

Favorit saya adalah sebuah toko agak di tengah pasar milik si Uda, bagitu kami memanggil lelaki separuh baya pemilik toko itu. Begini percakapannya, "Uda, beli novel karangan Mira W, dong."

"Baru atau bekas?"

"Bekas, Da."

"Apa judulnya"

"Semua aja deh. Mau milih dulu.'

Si Uda langsung menuju ke sebuah rak buku yang ternyata berisi semua novel karangan Mira W, baru dan bekas. Ia memberi saya setumpuk novel  bekas untuk dipilih. Walaupun bekas, novel-novel di toko si Uda keadaannya masih relatif bagus, bersih, tanpa debu. Yang lebih penting lagi, tidak ada halaman yang hilang.

Saat saya sedang asyik memilih-milih novel, ada seorang nenek yang datang sambil membawa satu tas plastik besar berisi berjilid-jilid komik manga. Setelah bercakap-cakap sebentar dengan si Uda, ia menukar komik-komik yang dibawanya dengan komik manga lainnya, jumlahnya dua kali lipat dari yang dibawanya. Saya menduga mungkin ia membeli komik-komik itu untuk cucunya

Penasaran dengan yang dilakukan si nenek, saya bertanya kepadanya, "Maaf Bu, komik sebanyak itu untuk siapa?"

"Oh, untuk saya sendiri. Saya ke sini untuk menukar dengan komik-komik lanjutannya," Jawab nenek itu dengan ramah.

Saya semakin penasaran, "Ibu sanggup membaca komik berjilid sebanyak itu?"

"Iya, Dik. Yang ini ceritanya lagi seru-serunya," Jawab si Nenek sambil menunjuk ke sampul depan komik di tangannya.

" Itu Ibu beli semua?"

"Oh, saya tukar tambah saja. Saya sudah janjian sama si Uda. Setiap minggu saya ke sini untuk tukar tambah dengan komik baru. Saya paling hobi membaca komik-komik seperti ini sejak masih muda. Saya duluan, ya Dik. Sudah tidak sabar lagi kepingin cepat-cepat baca cerita lanjutannya." Kata si Nenek lalu segera meninggalkan toko itu.

Saya terheran-heran. Ternyata penggemar komik manga itu bukan cuma anak muda saja. Saya sering melihat komik itu dibaca oleh anak saya yang masih SMP. Seharusnya saya memperkenalkan anak saya itu drngan si nenek, supaya mereka bisa saling bertukar informasi tentang komik mana yang ceritanya paling seru.

Setelah meninggalkan toko si Uda dengan tiga novel Mira W dan satu novel Sidney Sheldon, saya masih berkeliling ke toko-toko lain. Saya memperhatikan bahwa tidak semua orang datang ke pasar buku Senen untuk mencari buku murah, sebagian orang datang untuk mencari buku-buku langka yang sudah tidak beredar lagi di toko buku.

Hari itu saya cukup beruntung bisa membawa pulang dua buah buku bekas tentang interior rumah edisi hard cover yang harganya cukup mahal jika membeli di toko buku. Harga di pasar buku Senen hanya sepertiganya saja. Saya juga mendapat tiga buku resep masakan dari majalah Sedap Pemula dengan harga per buku hanya lima ribu saja padahal harga buku-buku itu yang masih baru mencapai 17 ribu setiap buku.

Saya masih melanjutkan belanja buku dengan menyeberang ke deretan toko buku bekas di Kwitang. Kita hanya perlu berjalan ke arah lampu merah lalu menyeberang ke jalan Kwitang. Di sana saya berhasil mendapat sebuah buku tua dengan lembaran yang sudah menguning edisi asli bahasa Inggris berjudul "The Promise". karya Danielle Steele. Saya pernah membaca terjemahannya dalam bentuk cerita bersambung di sebuah majalah wanita.

Setelah membaca buku aslinya, ternyata jauh lebih seru. Ceritanya tentang hubungan sepasang kekasih yang tidak mendapat reatu dari ibu si pria. Pria itu berasal dari keluarga kaya-raya pemilik perusahaan keluarga yang sangat sukses. Kekasihnya adalah seorang wanita sederhana yang yatim piatu dan tinggal di panti asuhan

Sepasang kekasih ini bermaksud untuk menikah secara diam-diam di sebuah tempat dengan mengajak  seorang sahabat. Di perjalanan, mobil yang mereka tumpangi mengalami kecelakaan hebat. Ketiganya mengalami luka-luka yang sangat parah. Si wanita yang kedaannya paling parah, wajah cantiknya benar-benar hancur, hanya menyisakan sepasang mata yang masih bisa melihat.

Saat kekasihnya terbaring dengan wajah hancur, sang pria masih kehilangan kesadarannya karena luka terkena benturan hebat di kepala. Ibu dari pria itu yang datang ke rumah sakit dan melihat keadaan mereka, memanfaatkan keadaan ini.

Ia datang ke kamar  wanita kekasih anaknya yang seluruh wajahnya tertutup perban tebal. Ia sadar bahwa wanita malang itu tidak lagi punya masa depan, namun ia juga tahu bahwa saat nanti putranya sadar, ia pasti akan menolong kekasihnya itu karena cintanya yang begitu besar.

Naluri bisnisnya terusik. Ia lalu menawarkan sebuah kesepakatan kepada wanita itu. Ia akan membiayai seluruh operasi wajah si Wanita  yang sangat mahal dengan tim dokter terbaik. Sebagai gantinya, wanita miskin itu harus meninggalkan putranya untuk selama-lamanya. Kepada sang putra, ia akan mengatakan bahwa kekasihnya sudah mati.

Apa yang bisa dilakukan wanita yang sedang terbaring dengan wajah hancur itu? Ia sungguh tidak punya pilihan. Jika tidak diambilnya tawaran itu, selamanya ia akan hidup dengan wajah seperti monster dan semua orang akan berlari ketakutan jika melihatnya. Jika tawaran itu diambilnya, ia akan kehilangan kekasih tercintanya. Sungguh wanita tua itu memberinya pilihan yang sulit dan licik. A deal with the devil. Dalam hati ia punya keyakinan bahwa sejauh apapun ia lari, kekasihnya pasti akan mencarinya.

Ia terpaksa menerima tawaran itu tanpa mengetahui kekasihnya mengira ia sudah mati. Iapun diasingkan ke negara lain selama dua tahun, menjalani berkali-kali operasi wajah. Untuk satu hal, wanita tua itu memegang janjinya. Dokter yang menangani operasi rekonstruksi wajahnya adalah yang terbaik dan termahal. Iapun didampingi seorang psikiater wanita untuk memulihkan kejiwaannya.

Bagaimana dengan nasib si pria, putra mahkota pewaris jaringan perusahaan keluarga yang sangat besar? Setelah diberitahu bahwa kekasihnya telah mati, ia meghabiskan waktunya hanya untuk kerja,kerja dan kerja. Hidupnya seperti robot yang diprogram untuk terus bekerja. Kering, hampa, tanpa hati, tanpa perasaan dan ... tanpa cinta.

Setelah dua tahun berlalu, wanita itu telah berhasil melalui selalui seluruh rangkaian operasi wajahnya. Ia berubqh menjadi seorang wanita yang jauh lebih cantik, mendekati sempurna dan ... berbeda

Bagaimana kelanjutan kisah cinta mereka? Silakan baca novelnya yang sudah bisa diunduh dengan gratis. Kalian akan terhanyut dalam kisah cinta mereka yang mengharu biru. Lebih baik lagi jika kalian membaca versi aslinya dalam bahasa Inggris dengan bolak-balik membuka kamus seperti saya, daripada baca terjemahan bukunya yang seringkali mengecewakan.

Kalau ada yang bertanya, "Ini review pasar atau review buku sih?" Hahaha ... saya juga bingung menjawabnya. Habis


bukunya bagus banget sih, jadi rasanya nggak tahan kalau nggak diceritain.

#14HariNulisNonFiksi
#Day5


Komentar

  1. wah, jadi mupeng pengen ke tempat itu. Qadarallah, waktu ke jakarta saya lupa datang ke tempat ini padahal jauh2 hari sebelumnya udah bertekad berburu buku di sini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bisa dijadwalkan lagi kalau liburan ke Jakarta, Mbak. Harus rajin tanya-tanya juga untuk nyari tokonya, soalnya sejak kebakaran tempat jualan bukunya agak terpencar-pencat.

      Hapus
  2. jadi pengen kesitu, tapi jujur aku ngeri kalau ke pasar senen hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sekarang nggak tetlalu serem, apalagi kalao datengnya siang-siang. Banyak yang menarik di Senen.

      Hapus
  3. Belum pernah ke sana mbak. Di surabaya ada pasar buku murah. TapI lama juga belum ke sana. Hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Seru banget ke pasar buku bekas, bisa dapet buku banyak dan murah.

      Hapus
  4. Selalu suka ke Senen dengan keunikannya heheheh

    BalasHapus
  5. Tempat favorit waktu masih tinggal di Jakarta. Sering janjian ketemu sama temen disitu untuk sama2 cari buku

    BalasHapus
  6. reviu pasar buku beserta bukunya mbak, emang asyik ya menjelajah pasar buku gini...mantap, mabok, senang, plus gempor hehehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Seneng banget emang. Apalagi kalo dapet buku-buku langka yang murah ...

      Hapus
  7. waah beneran surga bukuuu, sayang 1-2 tahunan ini saya baru jarang banget baca buku, lebih banyak beli dibanding bacaaa, hiks

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama, saya juga. Kadang-kadang koran aja nggak sempet dibaca.

      Hapus
  8. Pasar senen begitu terkenal ya. Seneng ya tempatnya dekat sana. Itu mbak bikin saya pengin baca novelnya...penasaran

    BalasHapus
    Balasan
    1. Baca deh, udah bisa dicari, gratis. Seru banget ...

      Hapus
  9. Review kombinasi he.... sepertinya asyik juga ya klo ke sana

    BalasHapus
    Balasan
    1. Reviewnya sekalian aja, biar banyak yqng baca bukunya. Ceritanya seru banget ...

      Hapus
  10. jadi penasaran ulasan buku Sedap Pemula nya mbak. hihi~ terima kasih cerita dan ulasannya mb ^^~

    BalasHapus
    Balasan
    1. Buku Sedap Pemula masih terbit kok sekarang, tapi mahal kalo beli di tiko huku.

      Hapus
  11. Berarti Mbak pernah sekali termakan bujukan rayuan si abang penjual buku itu yah....? rasanya gimana buk... ? berbunga - bungakah...? hahahah#bercanda,wkwwkkkk.....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Berbunga-bunga apaan? Mending kalo orangnya ganteng. Yang ada malah bete nungguin di tokonya sambil bengong ...

      Hapus
  12. Wahh ini surga banget nihhh buat saya jugaa <3
    Saya baru tahu kalau ada "fitur" tukar tambah di tempat buku bekas. Hmm apa hanya di tempat si Uda?

    BalasHapus
  13. seru banget ya ke pasar buku, apalagi neneknya keren banget, kuat baca bukunya ^_^

    BalasHapus
  14. Lihat harga buku murmer pngen ngeborong aja ya. Hmm andai dekat...hehe

    BalasHapus
  15. Bener masih ada nih para pedagang buku Pasar Senen.

    Dulu waktu kuliah dan belum menikah, saya sering berburu buku bekas disini. Bahkan, salah satu bukunya yang sudah berusia satu abad lebih menjadi "pengantar" saya lulus kuliah. Skripsi saya ditulis dengan inti dari buku itu.

    Cuma sejak punya si kecil (18 tahun yang lalu), saya berhenti berburu buku bekas karena susu lebih penting.

    Jadi, dah lama banget tidak pergi kesini, saya pikir sudah tidak ada lagi, ternyata masih ada yah..

    Ahh abis pandemi usai, saya mau ajak si kribo kesini.. Biar dia ketularan hunting buku bekas

    BalasHapus

Posting Komentar