CERITA SERU SEPUTAR ART

Mempunyai asisten rumah tangga (ART) adalah sebuah berkah tersendiri. Banyak sekali pekerjaan kita yang menjadi lebih mudah karena kehadiran mereka. Ketika  orang tua harus  meninggalkan anak-anak kecil  di rumah karena bekerja, semua urusan rumah dan anak menjadi tanggung jawab ART.


Sejak saya kecil hingga sekarang, sudah cukup banyak ART yang pernah bekerja di rumah, baik yang tinggal bersana maupun yang hanya bekerja beberapa jam sehari.


Keberadaan ART yang kami panggil dengan sebutan "Mbak" ini selalu memberi warna dalam kehidupan, dengan berbagai tingkah dan keluguan mereka.


Kami pernah punya Mbak yang berasal dari sebuah desa di kaki gunung dan benar-benar baru pertama kali datang ke kota besar seperti Jakarta. Saat itu, tahun 1988, dispenser tempat meletakkan galon air mineral masih barang baru. Si Mbak melihat dan memegangnya dengan terheran-heran. Sambil meraba-raba bagian belakang dispenser itu, ia bertanya kepada ibu saya dengan wajah polos, "Kok bisa keluar air panas ya Bu? Kompornya nggak ada di belakang sini."


Itu baru cerita yang lugu. Pernah juga kami punya Mbak yang cerdas dan sangat pintar, namanya Puji. Dia yang menjaga anak pertama saya waktu masih bayi. Malam hari, saat si bayi  sudah tidur biasanya dia ikut menonton televisi bersama kami. 


Acara kuis favorit waktu itu adalah "Who Wants to be a Millionaire" yang dipandu oleh Tantowi Yahya. Kuis itu sangat keren dan bergengsi karena pertanyaan-pertanyaannya  sulit untuk dijawab dan hadiah terbesarnya mencapai satu milyar. 


Peserta kuis itu banyak yang gugur di babak-babak permulaan karena tidak bisa menjawab dengan benar. Di luar dugaan, Puji, si Mbak kami ini, bisa menjawab hampir seluruh pertanyaan! Itulah serunya menonton kuis bersama Puji, dia selalu berusaha menjawab dengan semangat. Hobinya memang  membaca majalah dan koran yang ada di rumah. Walaupun sekolahnya hanya sampai SMP, tapi pengetahuan umumnya luar biasa.


Pernah juga kami punya Mbak yang bernama Esih. Dia berumur 18 tahun, berwajah manis dengan potongan rambut dan pakaian mengikuti tren pada zaman itu, sekitar awal tahun 2000. Dia bekerja dengan rajin dan cekatan tanpa pernah mengeluh. Yang menarik, dia seringkali bekerja sambil bernyanyi-nyanyi kecil lagu dangdut.


Walaupun suaranya lumayan, tapi lama-lama kami kan keberisikan juga. Kalau kami protes kepada Ibu, jawabannya selalu, "Biarin ajalah dia mau nyanyi apa juga, yang penting kerjaannya beres." 


Pernah suatu kali, tetangga di ujung jalan dekat rumah kami mengadakan hajatan perkawinan. Ketika akan ke warung, Esih melihat orang-orang sedang memasang tenda besar dan panggung untuk hiburan di acara itu. Sampai di rumah, dia bertanya kepada Ibu, " Esih lihat di rumah yang pagar biru mau aja hajatan, ada panggungnya juga. Ibu diundang apa nggak?"


"Oh, itu pesta kawinan anaknya Bu Santo besok siang. Iya, Ibu sama Bapak diundang. Kenapa memangnya?"


"Boleh nggak Esih ikut, Bu?"


"Kok tumben kamu mau ikut ke acara kawinan?"


"Iya, Bu. Soalnya ada panggung dangdutnya. Esih kepingin nonton, Bu. Boleh ya Bu?"


"Oh ... kamu mau nonton dangdut. Ya udah ikut aja besok, temenin Ibu. Kebetulan Bapak juga lagi kurang sehat jadi nggak bisa pergi."


"Beneran, Bu?" Alhamdulillah ... kesampean juga niat Esih kepingin nonton dangdut."


Keesokan harinya, jam sebelas siang Esih sudah berdandan rapi memakai bajunya yang paling bagus.  Setibanyq di acara itu bersama Ibu,  panggung dangdut sedang seru-serunya. Seorang artis dengan dandanan menor dan pakaian yang ketat  sedang menyanyikan lagu dangdut terbaru berjudul "Mandi Madu".


Setelah bersalaman dengan pengantin, Ibu mengajak Esih untuk mengambil hidangan prasmanan. Sambil makan, Ibu duduk mengobrol dengan ibu-ibu tetangga. Esih duduk manis di sebelah Ibu sambil menikmati makanannya. 


Setelah menghabiskan hidangan prasmanan, Ibu masih diajak oleh teman-temannya mencicipi hidangan di pondok-pondok yang tersedia. Acara makan dan mengobrol genk ibu-ibu ini cukup lama sampai kemudian Ibu menyadari bahwa Esih sudah tidak terlihat lagi. 


Ibu bertanya kepada teman-temannya apakah ada yang melihat Esih. Bu Saiman yang duduk paling dekat dengan panggung balas bertanya, "Mbaknya yang tadi datang bareng sama Ibu, ya? Bukannya itu yang pake baju merah lagi nyanyi di atas panggung?"


Penasaran, Ibu langsung melihat ke atas panggung. Di sana, Esih sedang bernyanyi sambil bergoyang seru diiringi band. Rupanya, ketika pembawa acara menanyakan apakah diantara tamu undangan ada yang mau naik ke panggung untuk bernyanyi, Esih yang pertama mengacungkan tangannya. Rupanya itulah tujuannya ketika minta diajak ke tempat hajatan.


Pernah suatu kali, pagi-pagi Esih menyapu lantai sambil mengangguk-angguk menahan kantuk. Pada masa itu ada paket bicara gratis dengan ponsel sejak jam 12 malam sampai jam enam pagi. 


Ibu memanggil Esih dan bertanya, "Kenapa kamu nyapunya sambil ngantuk begitu, Esih?"


"Iya Bu, maaf. Soalnya tadi malam temen Esih curhat lama banget."


Menjelang lebaran, Esih minta izin pulang kampung karena orang tuanya sakit. Karena lama tidak kembali, Ibu mencari ART baru.


Pernah juga kami punya Mbak yang tidak bisa baca tulis, namanya Ijah. Orangnya sangat baik, sopan, dan juga rajin. Ketika kami ingin mengajarinya baca tulis, ia menolak. Alasannya sudah malas belajar karena sudah tua, padahal umurnya baru 40 tahun. Masih untung dia bisa membaca angka 


Setiap Ijah mau ke pasar, Ibu memberikan daftar barang yang harus dibeli. Lah, kok bisa? Bukannya Ijah nggak bisa baca? Gimana caranya? Dalam daftar belanjaan, Ibu tidak menulis barang yang harus dibeli, tapi menggambarnya. Jadi dalam daftar itu ada gambar cabai, bawang, tomat, ikan, ayam, dan juga buah-buahan. 


Kadang-kadang ada saja barang yang salah dibeli. Gambarnya brokoli tapi yang dibeli kembang kol, gambarnya lobak tapi yang dibeli wortel. Lagian Ibu juga sih yang salah, bikin gambarnya nggak berwarna!


Setelah menikah dan pindah rumah, saya punya ART seorang ibu asli Betawi yang bernama Mpok Juju. Orangnya ramah dan lugu dengan gaya bicara seperti pemain sandiwara lenong Betawi. 


Sambil menyetrika pakaian, ia suka mengajak saya mengobrol. Biasanya ia bercerita tentang anak-anaknya yang sudah remaja. Suatu malam saya mendengar suara-suara orang bernyanyi dari kejauhan. Rumah kami berada cukup dekat dengan sebuah lapangan luas milik Mako Brimob yang sering dipakai untuk tempat band-band mengadakan konser.


Pagi harinya, Mpok Juju bertanya pada saya, "Bu, tadi malem Ibu ngedenger ape kagak ada yang konser di lapangan sono?"


"Iya, saya dengar juga tapi cuma sebentar. Habis itu langsung tidur nggak dengar apa-apa lagi. Emang Mpok Juju nonton konsernya?"


"Saya mah kagak nonton, Bu. Males ah, udah sambil berdiri, dempet-dempetan lagi. Bocah-bocah di rumah, si Wati ama si Jejen pada nonton tuh ama temen-temennye. Katenye sih seru banget dah, artisnya top-top semua. Ada yang namanye Wali, ada Ungu, ada Ratu, terus ada atu lagi ... apaan ya? Saya lupa dah. Kata bocah-bocah sih cakep banget tuh lagu-lagunye."


"Band apa Bu namanya yang lagunya cakep-cakep? Saya jadi kepingin tau."


"Ntar dulu, Bu. Saya lupa namanya. Saya inget-inget dulu ya ..."


"Apaan dong, Bu? Jangan bikin penasaran ah ..."


"Apaan yak kata bocah-bocah tadi malem? Namanya kaya pohon-pohonan gitu dah. Ah, saya inget sekarang, namanya ... G A B A H. Iya bener, gabah!"


"Hah, emang ada? Kok saya belum pernah denger? Salah kali, Bu!  Eh ... jangan-jangan, maksudnya ... P A D I kali, Bu!"


"Nah, bener! Ntu die maksud saya. Namanye Padi!"






Komentar

  1. Waaah lucu juga kalau setiap pagi mesti menggambar belanjaan ya, aku auto bayangin mak ijah ini. wwkwk
    naaah, bukan gabah juga nama bandnya :( aahahha
    eh tapi bener sih, gabah = padi, ckckck

    BalasHapus
  2. kisah warna warni mempunyai asisten rumah tangga ya mba, saya bayangin saat Esih naik panggung ikutan nyanyi dangdut ya ampun, apa rasanya ya mba?

    BalasHapus
  3. Wah cerita yang seru banget dan bikin senyum-senyum sendiri. Paling bikin geli yang terakhir kenapa nama bandnya jadi Gabah hehehe

    BalasHapus
  4. hahahahh, ngakak baca ini Mbak..
    benar-benar ya ARTnya pada kocak tapi baik-baik ya Mbak, rajin pula ya.
    jadi penasaran kabar Esih sekarang, Mbak?
    gak ikut acara di Indosiar apa dia tuh? :D
    terus, gimana dengan Puji juga yang pintar itu :)

    BalasHapus
  5. Hihihi lucu banget mba cerita-ceritanya. Aku ikut geli juga. Apalagi mikirin ibu mba gambar di kertas buat daftar belanjaan, terus diwarnain :))

    BalasHapus
  6. Gak bisa bayangin, kalo disuruh beli kentang malah dapetnya telor hihihi
    Mau bikin perkedel jadinya bikin telor geprek hihi

    BalasHapus
  7. Relate banget ini ama saya Mbak... soalnya sejak akhir September lalu kami udah gak punya ART lagi huhuu... repot sekali mengerjakan tugas rumah tangga dan publik sendirian (dibantu suami dan anak sih, hihi). Efeknya ke postingan blog juga deh, gak sebanyak dulu pas masih ada ART, hiksss

    BalasHapus
  8. Ceritanya lucu banget mbak. Aku belum pernah pakai ART nih, jadi punya gambaran kalo punya art seperti itu ya.

    BalasHapus
  9. Seru sekali cerita ART nya ini mbak. Tapi paling suka sama ART yang minta ikut ke kondangan hanya karena pingin nyanyi di atas panggung, wkwkwk

    BalasHapus
  10. MasyaAllah, ada-ada aja ya

    Cerita art lucu-lucu

    Aku belum pernah sih punya art, tapi kalo liat art punya orang & berbagai cerita mereka (majikan) kadang suka ngakak juga dengernya

    BalasHapus
  11. Seru banget ceritanya mba. Dapat ART yang aman-aman aja ya kak? Gimana caranya tuh bisa dapat ART yang aman-aman aja? Soalnya kemarin ada senior saya curhat soa ia ditipu ART yang melarikan barang berharga.

    BalasHapus
  12. heheheh keren ceritanya menarik. Apalagi liat karakter karakter "mbak" nya berbeda-beda. jadi bis aliat sudut pandang yang lain kan ehehhee

    BalasHapus
  13. Ngakak padi jadi gabah 🤣🤣🤣🤣. Seru2 mba pengalaman dapet ART nya 😅.

    Aku termasuk yg jarang ganti art. Malah pas zaman kecil dulu asisten mama aja bertahan 20 tahun Ama keluarga kami.

    Asisten ku yg skr juga udh lama ikut aku, yg 1 nya lagi malah sampe meninggal Krn usia tua. Sedih kalo udh kehilangan asisten yg setia begini 😔.. buatku mereka bukan cuma asisten, tapi udh kayak kluarga. Krn biar gimana, aku butuh bantuan asisten kalo dirumah. Jadi sebisa mungkin selalu pengen mereka betah.

    BalasHapus

Posting Komentar