Tahun berapa kalian dilahirkan? Apakah termasuk generasi yang suka nungguin rujak bebek lagi dibikin di depan pasar Cikini, Jakarta? Kalo iya berarti sebelas dua belas sama saya alias generasi jadul banget. Plis deh....jangan sebut tahunnya, soalnya horor banget.
Buat yang belum tau saya jelasin nih apa yang disebut rujak bebek (huruf e dibaca seperti menyebut sesek atau sempit). Itu sejenis rujak yang semua buah dan bahan bumbu rujaknya dicemplungin ke dalam lumpang dari kayu dengan alunya dari kayu juga. Si Abang penjualnya akan menumbuk semua buah bareng-bareng agak kasar-kasar.
Selesai ditumbuk, rujak bebeknya ditaruh ke dalam tempat semacam takir dari daun pisang. Terus ditambahin deh sendok dari daun pisang juga. Gimana rasanya? Wuih......enaknya nggak kira-kira. Campuran antara asem, manis, asin dan pedas yang mantaaap.
Begitu doang? Apanya yang spesial? Buah-buahannya dong! Selain bangkuang, kedondong, jambu klutuk dan ubi, ada juga pisang batu, buni dan lobi-lobi. Hah? buah apaan tuh? Buni dan lobi-lobi adalah dua jenis buah yang sekarang ini sudah sangat langka. Masih banyak lagi buah-buahan asli Indonesia yang biasa dinikmati generasi jadul tapi sekarang ini sulit didapat.
Kalau kalian beruntung, mungkin satu atau dua jenis buah masih bisa didapat di daerah tertentu. Buah langka tersebut antara lain :
1. Buni
Buni, boni atau wuni adalah buah yang bentuknya bulat-bulat sangat kecil (sebesar mote-mote untuk kalung). Warnanya hijau jika masih muda lalu berubah menjadi merah dan berubah lagi menjadi hitam. Waktu masih hijau dan merah rasanya sangat asam dan menjadi manis saat sudah hitam. Buah buni menempel bergerombol pada tangkainya. Rasa asamnya ini sangat pas berpadu dengan bumbu rujak
2. Lobi-lobi
Berbentuk bulat kecil kira-kira sebesar jeruk limo ukuran kecil. Berwarna merah dan berkulit licin, teksturnya halus dan lunak. Rasanya tidak pernah menjadi manis. Selain dibuat campuran rujak bebek bisa juga dibuat manisan
3. Cerme
Cerme atau ceremai berbentuk bulat kecil agak pipih, sedikit berlekuk-lekuk. Warnanya hijau muda dan bertekstur keras. Rasanya asam dan sedikit sepat. Enak dibuat campuran rujak bebek dan manisan.
4. Menteng
Menteng berbentuk bulat sebesar jeruk limo dengan kulit berwarna kuning dan licin. Bertekstur lunak dan isinya berwarna putih dengsn biji berwarna merah Rasanya asam manis dan segar. Biasa dimakan langsung.
5. Gohok
Gohok atau gowok berbentuk sedikit lebih besar dari lobi-lobi dan cerme. Kulitnya berwarna ungu gelap dan menjadi semakin hitam jika sudah matang. Daging buahnya berwarna putih dan lunak. Rasanya asam dan menjadi semakin manis jika sudah matang. Enak dimakan langsung atau dibelah dua dan dicocolkan ke bumbu rujak.
6. Rukem
Rukem atau rukam berbentuk dan ukuran sangat mirip dengan lobi-lobi. Bedanya rukem berwarna merah tua agak coklat. Teksturnya lunak dan rasanya manis. Biasanya dimakan langsung dan bisa membuat gigi menjadi coklat yang akan hilang jika kita menyikat gigi.
7. Jamblang
.
Jamblang atau duwet berbentuk bulat lonjong sebesar buah kurma mentah. Warnanya ungu gelap hampir hitam, bertekstur lunak. Daging buahnya berwarna putih dan rasanya asam sepat. Biasanya dimakan langsung atau dicocolkan ke garam atau gula.
8. Kecapi
Berbentuk bulat sebesar jeruk lokal dan berkulit agak berbulu. Warnanya hijau agak kekuningan. Bagian dalamnya seperti buah manggis, berruas-ruas dan berbiji. Rasanya asam manis. Enak sekali dimakan langsung atau dibuat rujak. Ada sejenis kecapi yang sangat manis berkulit hijau tua, yaitu kecapi lumut.
Dari semua buah-buahan langka ini, yang kadang-kadang masih bisa dijumpai pohonnya adalah kecapi dan cerme. Buah lainnya sudah sangat langka, sebagian mungkin sudah punah karena tidak ada lagi yang menanam pohonnya. Masih banyak lagi buah-buahan langka asli Indonesia yang terancam punah.
Suatu hal yang sangat disayangkan karena buah-buahan ini merupakan bagian dari keanekaragaman flora Indonesia. Mungkin perlu diadakan gerakan menanam bibit pohon langka secara massal untuk menyelamatkan pohon buah,-buahan yang masih tersisa.
.
Komentar
Posting Komentar