Menjemput Kebebasan


Sebuah mobil mini bus memasuki halaman bangunan besar dengan plang dari besi bertuliskan : Balai Latihan Kerja PT. Kurnia Sejati. Dari dalam mobil keluar lima orang perempuan muda serta dua orang laki-laki separuh baya. Kelima perempuan itu membawa tas besar berisi pakaian.

Rombongan itu langsung masuk ke dalam kantor BLK. Resti dan Utami, pegawai BLK yang saat itu berada di kantor langsung menyuruh mereka duduk. Resti menanyai kedua lelaki yang mengawal kelima perempuan calon TKW itu. Sementara itu, Utami membawa para calon TKW ke ruangan lain yang tertutup. Mereka harus menjalani pemeriksaan fisik tahap awal.

Tahap berikutnya adalah wawancara. Ada tanya jawab sehubungan dengan formulir untuk calon TKW yang telah mereka isi. Jika lolos dari kedua tahap tersebut, barulah mereka resmi menjadi penghuni BLK. Kedua lelaki yang mengawal mereka disebut sponsor, yaitu orang yang mencari calon TKW ke kampung-kampung. Untuk setiap calon TKW yang lolos tes, para sponsor mendapat sejumlah uang.

Bangunan BLK itu sangat besar. Terdiri atas empat ruangan besar untuk kamar para calon TKW, satu ruangan panjang di bagian depan sebagai kantor dan beberapa ruangan besar yang berfungsi sebagai kelas- kelas belajar bahasa. Masih ada juga ruangan-ruangan lain seperti dapur, kamar mandi dan ruang nonton televisi.

Masni, Harti,. Amik dan Wahyuni sedang berada di dapur. Mereka sedang mendapat giliran memasak makan siang untuk seluruh penghuni . Sambil mengobrol tangan mereka terus bekerja. Harti membuka percakapan.

"Tidak terasa,, aku sudah lima bulan tinggal disini."

"Siapa bilang tidak terasa ? Aku yang baru tiga bulan saja sudah bosan. Mana uang yang kubawa dari kampung sudah lama habis. Hutangku sama Yu Harti juga sudah banyak. Entah kapan bisa kubayar", balas Amik.

"Ah, soal itu tak usah kau pikirkan. Nanti kalau sudah kerja di Singapura kan pasti bisa kau bayar. Aku masih punya simpanan, hasil menjual sapi di kampung", Harti menimpali.

"Iya, Mik. Kalau Yu Harti sih uangnya selalu banyak. Tidak seperti aku dan Masni. Simpanan kami sudah habis dari kapan-kapan. Kalau bulan depan belum berangkat juga ke Malaysia, kami terpaksa pulang kampung", Wahyuni ikut bicara.

"Aku juga sebenarnya sudah tidak tahan tinggal disini. Tidur berhimpitan seperti pepes. Bayangkan, 25 orang dalam satu kamar ! Mana kipas angin cuma satu-satunya. Makan lauknya seperti di penjara, mandi dibatasi cuma lima menit. Sudah begitu tidak boleh keluar sama sekali", Harti menimpali.

Selagi mereka bercakap-cakap, masuklah tiga teman mereka, yaitu Warsih, Rumi dan Yanti. Warsih langsung bicara dengan suara pelan.

"Eh, ada gosip nih ! Kalian sudah tahu apa belum ? " Semua menatap Warsih, lalu Harti membuka suara, "Gosip apa, Sih ? Aku tidak dengar apa-apa."

"Wasmiyati, anak Hongkong itu, tadi malam kabur !" kata Warsih.

"Kok bisa ? Memangnya tidak ada yang jaga ? Si Juki satpam sedang kemana ?" tanya Masni.

"Sedang beli rokok ke warung. Kunci gemboknya diletakkan begitu saja di meja dapur setelah membuat kopi. Rupanya si  Was sudah mempelajari kalau si Juki suka ceroboh meninggalkan kuncinya di meja. Dia langsung keluar dari pintu belakang. Tasnya sudah lebih dulu dilemparkannya ke luar pagar. Kalian tahu siapa yang sudah menunggunya di luar ?" Warsih sengaja tidak melanjutkan, supaya teman-temannya jadi penasaran.

"Siapa, Sih ? Jangan bikin penasaran dong !" kata Amik.

"Kalian benar-benar mau tahu ? Yang menunggunya adalah si Dewi, anak BLK Mandiri yang di ujung jalan", kata Warsih.

Oh, si Dewi itu ? Aku kenal sama dia. Dulu dia juga pernah tinggal di BLK kita, makanya si Was bisa kenal sama dia. Mereka berdua sama-sama mau ke Hongkong. Sudah hampir setahun belum berangkat juga. Ssst......ini jangan sampai bocor ya, mereka itu pacaran ! Dulu pernah tertangkap basah sedang berdua di kamar mandi. Wah, heboh sekali waktu itu. Dewi akhirnya malu lalu pulang kampung. Rupanya dia kembali lagi dan pindah ke BLK Mandiri."  Harti menjelaskan panjang lebar.

"Ya wajarlah kalau si Was sampai kabur. Kalau aku juga pasti begitu, sudah hampir setahun belum berangkat juga", kata Wahyuni.

Sementara teman-teman sedang menggosipkan mereka,  Wasmiyati dan Dewi sudah berada dalam bus besar, menjemput kebebasan.  Bus itu  akan membawa mereka dari Jakarta menuju Tangerang. Sebuah pabrik sepatu besar sudah siap menerima mereka bekerja. Tempat tinggalpun sudah tersedia di asrama milik pabrik, jauh lebih indah daripada terkurung dalam penjara BLK.
.

Komentar