Peluang Mendapat Penghasilan dari Rumah Tanpa Modal, Tanpa Ponsel dan Laptop
.
Ada yang percaya dengan judul di atas? Bagaimana bisa bekerja tanpa keluar rumah, tanpa modal, tanpa ponsel dan laptop pula? Rasanya tidak mungkin. Tapi, kenyataannya memang ada dan saya punya bukti.
Yang sudah berhasil melakukannya adalah seorang ibu yang sangat cerdas menangkap peluang dan memanfaatkannya, Dia adalah salah seorang tetangga saya yang punya 4 orang anak. Yang terbesar umur 7 tahun dan yang terkecil umur 2 tahun. Suaminya bekerja sebagai pelayan di sebuah toko yang berangkat pagi dan pulang malam hari.
Kebayang kan repotnya dia sehari-hari, sendirian mengurus 4 orang anak yang masih kecil-kecil? Penghasilan bulanan suaminya yang tidak seberapa selalu saja kurang untuk membiayai hidup mereka. Belum lagi harus membayar kontrak rumah seharga 600 ribu per bulan. Sebenarnya sih tidak terlalu pantas disebut rumah, hanya sebuah ruangan panjang ukuran kira-kira 3 x 10 meter yang disekat menjadi 3 bagian, yaitu ruang tamu, kamar tidur dan kamar mandi yang menempel dengan dapur sempit. Tidak ada kamar yang bisa dikunci untuk privasi.
Persis di sebelah rumah itu ada sebuah Taman Kanak-Kanak (TK). Tidak terlalu besar, jumlah muridnya hanya 40 orang. Bagi Ibu ini, keberadaan murid-murid TK tentu merupakan peuang emas. Ia memindahkan kompornya ke ruang tamu dan berjualan makanan untuk anak-anak TK seperti sosis goreng, nugget dan mie instant. Ada juga cemilan seperti biskuit, wafer dan roti. Tentu saja dilengkapi dengan minuman seperti aneka minuman buah dalam sachet.
Jualannya cukup laris, tetapi hanya saat jam sekolah saja, Pukul 11 siang anak-anak sudah pulang semua. Ia juga masih harus bersaing dengan beberapa pedagang makanan yang lewat di depan TK itu seperti cilok, kue cubit dan pedagang es keliling. Karena hasil jualannya masih belum cukup untuk membantu suaminya memenuhi kebutuhan hidup mereka, iapun mencari jalan lain,
Ia melihat bahwa tetangga kiri kanannya banyak yang mempunyai anak usia sekolah. Sebagian besar tinggal di rumah kontrakan seperti dirinya dan sisanya tinggal di rumah milik pribadi yang cukup besar dan bagus. Dari obrolan dengan ibu-ibu tetangga di tukang sayur, ia sering mendengar bahwa mereka sering kesulitan untuk mengajari anaknya membuat Pekerjaan Rumah (PR) ataupun menyuruh anak mereka belajar di rumah setiap hari,
Ada tempat bimbel di sekitar rumah mereka, ada juga les-les yang diberikan oleh guru kelas, tetapi biayanya masih tidak terjangkau. Ia kemudian berpikir, kalau untuk mengajari anak tingkat Sekolah Dasar (SD) rasanya ia masih sanggup. Kalau ia bisa mengajari anaknya sendiri, kenapa tidak mencoba mengajari anak-anak lain? Kendalanya adalah, ibu-ibu tetangganya tidak sanggup membayar biaya les bulanan, walaupun hanya 50 sampai 100 ribu.
Setelah memikirkannya berulang kali, ia menemukan solusi untuk masalah itu. Ia tidak akan memberi les yang biayanya dibayar per bulan, tetapi setiap kali datang. Biayanya juga harus sangat terjangkau. Dengan semangat ia membuat tulisan besar dengan spidol yang ditempel di kaca depan rumahnya,
MENGAJAR LES DAN MEMBUAT PR SEMUA PELAJARAN UNTUK ANAK SD, BIAYA RP. 3000,- PER ANAK SETIAP KALI DATANG, JAM 1 SIANG S/D JAM 5 SORE, SENIN S/D SABTU
Berhasilkah promosi yang dibuatnya? Karena belum pernah ada yang melakukan hal seperti itu, tentunya mengundang pertanyaan dari para tetangga. Kemudian, entah karena biayanya yang cukup murah atau karena dua anaknya yang sudah bersekolah di SD selalu juara kelas, ibu-ibu tetangga mulai mengrim anak mereka ke rumahnya umtuk diajari membuat PR.
Kalau saat les bulanan atau bimbel anak-anak sering malas-malasan untuk datang, tidak demikian dengan membuat PR. Rata-rata guru memberikan hukuman untuk anak yang tidak membuat PR dan rupanya cukup berhasil membuat anak-anak takut. Satu dua anak mulai datang di minggu pertama dan semakin bertambah di minggu kedua dan seterusnya. Waktu yang dibutuhkan oleh seorang anak dalam membuat PR hanya setengah sampai satu jam, jarang sekali ada yang lebih dari itu.
Sebagian besar anak datang hanya untuk membuat PR, hanya pada musim Ujian Tengah Semester (UTS) atau Ujian Akhir Semester (UAS) banyak anak yang datang untuk belajar. Karena belajar bersama dengan teman, ternyata anak-anak menjadi lebih rajin dan bersemangat. Muridnyapun semakin bertambah, Mereka belajar di ruang tamu yang sempit sampai ke teras depan yang lebih sempit lagi.
Bagaimana dengan anak-anaknya sendiri? Apakah mereka tidak mengganggu proses belajar dan mengajar? Kedua anak yang sudah SD kadang-kadang ikut mebuat PR, tetapi kedua adiknya seringkali rewel dan mengganggu. Lama-kelamaan kedua anak kecil itu malah senang dengan banyaknya anak-anak yang datang ke rumah mereka, apalagi anak-anak yang sudah selesai membuat PR sering mengajak mereka bermain.
Jalan yang dipilih si Ibu untuk menambah penghasilan ternyata berhasil. Dugaannya benar bahwa banyak ibu-ibu yang tidak sempat,tidak bisa atau malas mengajari anak mereka membuat PR atau menemani anak belajar setiap hari. Para tetangga merasa sangat terbantu dengan usaha yang dilakukannya. Dengan rajinnya anak-anak membuat PR dan belajar menjelang ujian, sedikit demi sedikit berpengaruh juga terhadap kenaikan nilai di rapor mereka di sekolah/
Apakah yang dilakukannya salah karena membuat ibu-ibu menjadi semakin malas mengajari anak mereka? Tak tahulah. Ia hanya berusaha membuat anak-anak lebih semangat untuk belajar serta lebih mudah memahami semua pelajaran di sekolah dengan memanfaatkan peluang yang tidak terpikirkan oleh orang lain.
Aku kok terharu ya Mbak untuk kegigihan ibu itu. Semoga beliau senantiasa dimudahkan dalam mencari rezeki yang berkah.
BalasHapusSubhanallah... Ilmu yang bermanfaat. Bonus rezeki. Semoga segala urusan dimudahkan Allah karena kita memudahkan urusan orang lain. Kalau boleh usul, ibunya anak-anak juga diikutsertakan dalam mendampingi anaknya mengerjakan PR agar nambah ilmu dan bisa tahu kesulitan anak dalam pelajaran sekolahnya sehingga ibu nya akan lebih care serta nggak malas lagi... hehehe..
BalasHapusSubhanallah, berbagi ilmu banyak manfaatnya. Jadi sedekah yang tak terputus amalannya
BalasHapusInspiratif sekali ceritanya mb. Wah, jadi malu, selama ini sering ngeluh. Ternyata ada seribu jalan dalam berikhtiar, ya.
BalasHapusya Allah aku berdoa kepada ibu tersebut semoga selalu diberi keluasan hati yang teramat dalam kehgigihannya berikhtiar bumi :)
BalasHapusBagus banget sangat menginspirasi. Sosok Ibu yang pantang menyerah. Semoga usaha Ibu itu tambah maju dan berkah,ya. Mba. aamiin...
BalasHapusmasya Allah, semoga usaha ibu ini berkah dan terus menebar manfaat. aku kok jadi malu ya...
BalasHapusTerharu mbaa
BalasHapusJadi inget zmn kuliah T_T
Smoga rezeki ibu tsb melimpah
Saluuut dengan semangat ibu itu Mbak semoga lancar usahanya
BalasHapusSemoga usaha beliau dilancarkan. Terenyuh baca perjuangan2 perempuan.
BalasHapusMasya Allah terharu bacanya, semoga usaha si Ibu senantiasa dilancarkan
BalasHapusCerdas si ibu ini. Bisa memanfaatkan peluang yang ada. Tak bisa dipungkiri, PR masih diterapkan di banyak sekolah. Pun dg ibu2 yg banyak merasa tidak mampu mengajri anak mereka. Di lingkungan saya banyak juga, kok.
BalasHapusDi satu sisi, ibu2 itu jadi terkesan lepas tangan dan memindahkan tanggungjawab kepada ibu lain. Idealnya sih tidak begitu. Tapi, sekali lagi, kondisi masyarakat dan sistem pendidikan kita memang belum ideal :(
kreatif banget tetangganya mbak. Bisa menagkap peluang usaha yang ada di sekitar rumahnya, dengan bentuk usaha yang juga mulia. bisa bantu anak2untuk belajar, terutama membantu mengerjakan PR. biasa anak2 emang malas kerja PR gt,
BalasHapustp sekalipun anak2 udah dikasih les, orang tua tetap punya peran memantau hasil belajar anak2nya di rumah
MasyaAllah ... si ibu luar biasa, semangatnya perlu banget untuk saya tiru.
BalasHapusTerima kasih sudah share kisah hebat ini, Mbak.