Cerpen : Suatu Malam di Pondok Remaja
.
Ada sebuah rumah makan di daerah Tebet, Jakarta Selatan. Neon box didepannya bertuliskan : Pondok Remaja. Tidak terlalu besar, hanya ada 5 meja panjang dikelilingi oleh kursi plastik biasa. Dindingnya hanya bertuliskan daftar menu aneka makanan dan minuman berikut harganya. Tidak ada foto makanan yang menggugah selera seperti restoran zaman sekarang. Kelebihannya adalah tempat itu sangat bersih, rapi dan teduh dengan sebatang pohon kersen besar di halamannya.
Sesuai dengan namanya, menu yang tersedia semuanya khas remaja. Ada siomay, batagor, pempek, tekwan, bakso kuah dengan berbagai isian seperti bakso urat, bakso telur, bakso ikan dan bakso gepeng. Satu-satunya menu nasi hanyalah nasi goreng dengan berbagai varian seperti ayam, udang, bakso, sosis dan petai.
Itu baru makanannya. Minumannya tak kalah menggoda. Ada es teler durian, es campur, es sekoteng, es kelapa muda, es leci dan macam-macam juice. Kita tidak akan menemukan makanan seperti ayam goreng, rendang dan ikan bakar. Tidak juga sayuran seperti cap cay dan cah kangkung. Mereka setia dengan menunya sejak dibuka beberapa tahun yang lalu. Rasa makanan dan minumannya sangat lezat dengan porsi yang cukup besar.
Aku sering sekali datang kesana dengan teman-teman satu gank di tempat kuliah . Kami berenam biasanya memesan menu yang berbeda-beda. Saat makan, kami sambil saling bertukar makanan. Sekedar trik agar bisa merasakan berbagai jenis makanan dengan uang pas-pasan. Saat itu kami senang-senang saja melakukannya, bahkan mengajari gank lain untuk melakukan hal yang sama. Maklum, uang jajan kami terbatas.
Saat kuliah itu aku mempunyai seseorang spesial bernama Bayu. Saat itu aku baru senester IV di fakultas sastra Inggris di sebuah universitas negeri. Bayu adalah mahasiswa jurusan arsitektur, setahun diatasku di universitas yang sama. Kami bertemu saat membentuk kepanitiaan bersama untuk acara Idul Adha. Pada acara-acara besar seperti itu kami bisa berkenalan dengan mahasiswa dari jurusan-jurusan lain.
Rapat demi rapat yang kami ikuti membuat kami semua anggota panitia menjadi semakin akrab. Berbeda dengan aku yang baru pertama kali ikut dalam kepanitiaan, Bayu adalah seorang organisator sejati. Berbagai organisasi diikutinya, temannya tidak terhitung. Ia adalah tipe orang yang selalu mengajak dan memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu.
Dalam rapat, ide-idenya selalu diperhitungkan oleh anggota lain. Rapat yang panjang dan membosankan bisa dipersingkatnya dalam hitungan menit. Saat pelaksanaan acara, ia juga bisa diandalkan. Mudah dimintai tolong, termasuk mengatur hal-hal kecil seperti menugaskan teman-teman pria untuk mengantar teman-teman wanita seusai acara.
Aku sungguh mengagumi Bayu. Kagum pada kepintarannya, sikap ringan tangannya dan kemampuan memimpinnya. Aku juga kagum pada suara dalamnya, tatapan teduhnya dan cara ia mempengaruhi orang lain. Sungguh tidak kusangka kalau Bayu juga tertarik kepadaku. Ajakannya untuk mrnjalin hubungan lebih dekat kusambut dengan gembira. Tidak kuperdulikan gosip-gosip di luar sana yang mengatakan bahwa Bayu sering mematahkan hati gadis-gadis. Mereka cuma iri dengan hubungan kami.
Saat libur kuliah, aku dan Bayu sering datang ke Pondok Remaja untuk menikmati makanan favorit kami. Aku paling suka siomay ikan tenggiri dengan bumbu pedas dan melimpah dan Bayu memesan nasi goreng ayam. Minuman favorit kami adalah es kelapa muda dengan gula beraroma pandan. Pondok Remaja menyimpan seluruh cerita cinta kami selama 4 tahun bersama. Cerita senang, sedih, lucu dan juga pertengkaran-pertengkaran kecil.
Setelah 4 tahun berlalu, kami betdua sudah lulus dan bekerja. Bayu di sebuah proyek properti dan aku di kedutaan asing. Hubungan kami berjalan dengan cukup lancar. Orang tua kamipun sudah saling mengenal. Di suatu malam yang gerimis di Pondok Remaja, setelah menghabiskan makanan favorit kami, Bayu menatapku dalam-dalam dan menggenggam tanganku. Wajahnya begitu serius. Aku menatapnya dengan heran. Ada apa ?
"Kinar, ada yang ingin kukatakan padamu." Ia mulai bicara. Aku diam saja. Menunggu.
"Aku sudah memiikirkan ini berulang kali. Sudah juga mengumpulkan seluruh keberanian untuk mengatakannya kepadamu." Aku masih diam. Menunggu kelanjutannya.
"Seperti kau tahu, aku ini punya banyak kekurangan. Aku sering ceroboh, kurang hati-hati, pelupa. Aku bahkan pernah lupa hari ulang tahunmu." Aku masih diam. Tidak tahu arah pembicaraannya.
"Dengan segala kekuranganku, aku sungguh tulus menyayangimu dan ingin terus menjagamu selama aku bisa. Apakah kau mau berdamai dengan semua itu dan menjadikanku bagian dari hidupmu ? Aku terkejut. Kehilangan kata-kata. Mataku berkaca-kaca.
"Hei......jangan menangis. Kau belum menjawab pertanyaanku."
"Apakah.......apakah ini sebuah lamaran ?'
"Tentu saja, sayang. Pikirmu aku sedang bercanda ? Aku sudah menghafalkannya berhari-hari."
"Kau berhasil membuat aku bingung, Bayu. Sungguh cara melamar yang paling buruk." Bayu tertawa. "Jadi bagaimana, Kinar ? Apakah lamaranku diterima ?"
"Bagaimana ya ? Aku harus memikirkannya dulu." Aku hanya menggoda Bayu. Mana mungkin aku tidak menerimanya. Biarlah Bayu melamarku di tempat ini, bukan di sebuah restoran berkelas dan tanpa sebentuk cincin. Aku sudah sangat senang. Bayu juga kelihatan sangat berbahagia lamarannya kuterima.
Sayang kami tidak bisa berlama-lama malam itu. Keesokan harinya jam 6 pagi Bayu sudah harus berangkat ke Batam untuk meninjau proyek pembangunan perumahan disana.
Bayu sudah menceritakan padaku tentang rencana kepergiannya ke Batam. Ia akan berangkat dengan 3 orang teman kerjanya. Edo, Wirawan dan Sasti. Sudah beberapa kali mereka pergi ke luar kota, tapi entah kenapa kali ini perasaanku tidak enak. Aku sudah pernah melihat Sasti di pesta perkawinan seorang teman. Ia berwajah cantik dengan lesung pipi, tinggi dan cara berpakaiannya agak terlalu berani menurutku. Bayu sering memuji pekerjaannya yang bagus walaupun ia masih terhitung karyawan baru.
Membayangkan mereka akan pergi bersama kemana-mana membuatku kesal dibakar cemburu. Edo dan Wirawan akan meninjau lokasi yang berbeda. Akupun menyibukkan diri dengan berkumpul dengan teman-temanku setiap hari sepulang bekerja. Baru seminggu berlalu, rencananya baru 3 hari lagi Bayu akan kembali. Bulan depan keluarganya akan datang ke rumah untuk melamarku secara resmi.
Malam ini aku mengajak 4 orang teman ke Pondok Remaja. Saat tiba disana, aku terkejut seperti melihat hantu. Ada mobil Bayu di tempat parkir! Aku tidak mungkin salah. Masuk ke dalam, aku lebih terkejut lagi. Di bangku pojok yang agak temaram, tampak Bayu dan Sasti sedang saling menatap.
Adegan selanjutnya tak sanggup kulihat. Bayu memegang wajah dan mencium pipi Sasti! Kalau ada gempa bumi saat itu, mungkin aku tak sekaget ini. Jantungku berdegup kencang. Lantai yang kuinjak terasa bergoyang. Sebelum mereka melihatku, aku segera pamit pulang dengan alasan tiba-tiba sakit kepala. Langsung kulari keluar tanpa menghiraukan panggilan teman-temanku.
Aku menangis semalaman. Bayu sudah membohongiku. Ternyata ia sudah kembali ke Jakarta. Buat apa ia melamarku ? Teganya ia menghianatiku dengan berselingkuh di belakangku. Tiga hari kemudian ia datang ke rumah dan mengatakan baru kembali dari Batam. Semakin jelas kebohongannya. Dari seorang teman kantornya, belakangan kuketahui kalau sudah sebulan ini Bayu berhubungan dekat dengan Sasti.
Persetan denganmu, Bayu ! Kuputuskan hubungan dengannya tanpa mendengar permntaan maafnya. Kuambil semua barang pemberiannya, kumasukkan kedalam sebuah kotak besar lalu kutulis R.I.P dengan huruf besar-besar. Bagiku Bayu sudah mati.
Pondok Remaja tidak lagi menarik bagiku. Lewat di depannya membuatku mual membayangkan penghianatan Bayu. Setahun berlalu aku masih sakit hati. Kupilih jalan memutar untuk menghindari Pondok Remaja supaya aku bisa move on dan memulai hidup yang baru.
iiih... ngeselin. ngapain coba ngelamar anak orang kalau ternyata begitu.
BalasHapusAahh.. Nyebeliiinn.. Padahal bayu anak arsitek yg kukenal tidak begitu. Lho?
BalasHapusWuaaaah....Bayuuu...sini kamu! Beraninya nyakitin hati Kinar ya!
BalasHapusaduh ya Allah kalo si Bayu ada disini aku mau deh bantu nimpuk dia, bikin esmoni, hufftt
BalasHapusCari yang lain aja kalau gitu. Masih banyak yang lebih baik dari Bayu. 😄
BalasHapusTernyata dia pembohong. Ya sudahlah, lebih baik jangan dengan dia, ya, Kinar.
BalasHapusBayuan lohhh...cark bayu yang bisa bertanggungjawab sama omongann kinar
BalasHapusjadi kesimpulannya, jadi cewek jangan mudah digombalin, hehehe...
BalasHapusYa ampun Bayu.... Teganya kamu.....
BalasHapusDuh, laki-laki macam apa ituh si Bayu
BalasHapusMenarik ceritanya, Mbak. Bagus begini, ga harus dipaksakan happy ending :) Gambarnya juga pas. Keep moving on ya, Kinar!
BalasHapusSaya suka gambarnya.. passsss :)
BalasHapusYa ampun, Bayu ngeselin banget. Sampai gemas bacanya...
BalasHapusHmmmmm gemasssss banget sama bayuuuuu. Janjinya seperti "iya" tapi berkhianat :'(((
BalasHapusTinggal buat bakso saja, ini resepnya resep bakso
BalasHapus