Keseruan Lomba 17 Agustus

 Keseruan Lomba 17 Agustus



Setahun sekali kita merayakan hari kemerdekaan negara Republik Indonesia tercinta ini. Walaupun dulu tidak  ikut berjuang  seperti para pahlawan,  kita selalu bersemangat untuk merayakannya setiap tahun dengan mengikuti lomba-lomba.


Dari sekian banyak lomba yang diadakan, rasanya lomba makan kerupuk masih tetap yang paling banyak peminatnya. Sampai-sampai pelaksanaannya dibikin dalam beberapa kategori, dari mulai balita sampai remaja dan dewasa.


Lomba ini selalu diadakan karena selain seru, modalnya juga murah. Paling cuman sekaleng besar kerupuk putih sama segulung tali rafia Talinya diikat di dua tiang terus digantungin deh itu kerupuk satu-satu. 


Setiap peserta harus ngabisin satu kerupuk yang digantung pas di depan mukanya, harus dikunyah dan telan sampai habis, nggak boleh digigit terus dilepehin. Emang begitu SOP dari lomba makan kerupuk, kalau boleh dilepehin mah nanti nggak seru, kecepetan habis dong kerupuknya.


Yang paling nyebelin dari lomba ini kalau pesertanya anak-anak kecil. Banyak yang ngambek atau nangis karena susah mau makan kerupuknya. Rupanya gara-gara tinggi kerupuk yang nggak sesuai jadi susah untuk dimakan.  Panitianya malas ngerubah ukuran tinggi tali rafianya, bekas peserta sebelumnya. Jadi tuh kerupuk nggak bisa-bisa kemakan, muteeer aja di situ.


Lomba lain yang juga menarik adalah berjalan cepat sambil menggigit sendok berisi kelereng. Peserta harus berjalan dari tanda start sampai finish lalu kembali lagi. Peserta yang kelerengnya jatuh di tengah jalan berarti gagal. Pemenangnya adalah yang paling cepat berjalan sampai kembali ke tanda start dan kelerengnya nggak jatuh.


Peserta lomba ini juga ada yang marah karena kelerengnya cepat sekali jatuh. Rupanya, bentuk sendok juga ada pengaruhnya. Sendok yang agak cekung bikin kelereng lebih lama bertahan, kalau yang agak ceper ya sebaliknya. 

Lomba balap karung juga termasuk seru dan banyak peminat. Banyak peserta yang berguguran karena ternyata nggak gampang untuk melompat-lompat di dalam karung. Selain itu ada juga lomba tarik tambang yang juga seru, apalagi kalau pesertanya ibu-ibu. 


Ada juga yang menggelar lomba aneh-aneh seperti sepak bola pakai daster untuk bapak-bapak, lomba joget berpasangan sambil menjepit sebuah balon di dada, sampai lomba mindahin belut dari satu ember ke ember lain dengan cara dipegang. 


Untunglah lomba mindahin belut ini sudah jarang dibuat, mungkin setelah mendapat teguran dari kelompok penyayang binatang. Ya iyalah, kan kasihan belutnya sampai lemas gara-gara dipegang kenceng banget sambil dibawa lari!


Ada lagi lomba yang cukup ekstrem di Jakarta, yaitu pukul-pukulan bantal sambil duduk di atas sebatang bambu di atas kali Malang. Padahal yang disebut kali Malang itu adalah sebuah sungai di Jakarta yang airnya keruh banget sampai berwarna hitam.


Peserta yang kalah dalam lomba ini adalah yang bantalnya kena pukul berkali- sampai orang dan bantalnya kecemplung di kali yang airnya hitam. Rasanya kalau hadiahnya nggak menarik bakalan nggak ada yang mau ikut lomba ini.


Puncak dari semua lomba-lomba di acara 17 Agustus adalah lomba panjat pinang. Sebatang pohon pinang ditanam ke tanah lalu dilumuri semacam minyak supaya licin. Di bagian paling atas pohon, dipasang kayu berbentuk lingkaran yang digantungi berbagai macam hadiah.


Peserta harus memanjat pohon pinang dan mengambil berbagai hadiah yang digantung di atas. Hadiahnya sangat beragam, seperti pakaian, peralatan dapur, kipas angin, kompor, sampai hand phone. Untuk benda-benda yang berat ataupun riskan jika jatuh, maka yang digantung adalah kardus pembungkusnya.


Hadiah utama yang paling diincar oleh para peserta selalu digantung di bagian paling atas pohon pinang sehingga paling susah dijangkau. Pada lomba ini biasanya pesertanya akan bekerjasama dengan cara memanjat melalui badan peserta-peserta lain. 


Hadiah yang didapat nantinya akan dibagi bersama. Biasanya hadiah-hadiah itu akan diambil dan dilempar ke bawah oleh peserta di atas, lalu disambut di bawah oleh teman-temannya.


Soal hadiah utama lomba ini ada yang sangat menarik. Di sebuah kompleks perumahan mewah di Jakarta pernah diadakan lomba panjat pinang. Peserta adalah penduduk yang tinggal di sekitar kompleks tersebut.


Hadiah utama dirahasiakan sampai peserta mencapai puncak pohon. Banyak sekali peminat yang mendaftar karena donatur-donatur untuk lomba yang tinggal di kompleks itu banyak dari kalangan bos-bos yang berduit.


Lombanya seru banget, pesertanya banyak, apalagi penontonnya. Hadiah-hadiah yang digantung juga banyak dan bagus-bagus, sampai peserta yang berhasil sampai ke atas bingung mau ngambil yang mana. 


Setelah semua hadiah berhasil diambil, sampai juga si peserta ke hadiah utamanya yang berupa sebuah kotak kecil bekas bungkus rokok. Begitu dibuka, mau tahu apa isinya? Sebuah kunci sepeda motor matic! Waktu kunci motor itu dilempar ke bawah, teman-teman si peserta dan juga penonton ikut berteriak kegirangan. 


Sayang sekali, pemerintah melarang diadakannya lomba-lomba saat pandemi tahun ini. Karena larangan itu baru dumumkan hanya beberapa  hari sebelum tanggal 17 Agustus, maka banyak pedagang barang-barang persiapan lomba yang gigit jari. Larangan itu menyisakan tumpukan karung, kelereng, sampai tambang-tambang besar.


Yang lebih menyedihkan adalah para pengrajin pohon pinang yang sudah menghaluskan puluhan batang pohon pinang di daerah Manggarai, Jakarta Selatan. Batang-batang pohon pinang yang seharusn


ya bisa terjual ratusan ribu setiap batangnya, kini hanya teronggok tak berguna. Pedagang-pedagangnya terduduk lesu menatap tumpukan batang pohon sambil membayangkan lembaran-lembaran rupiah yang gagal diperoleh.









Komentar

  1. Terus terang, saya juga kangen suasana 17-an. Semua ketawa, semua ceria. Biar sederhana dan repot ngurusnya, tetapi momen yang seperti ini memberikan penjelasan kenapa para pejuang kemerdekaan harus selalu diingat. Mereka berjuang untuk momen-momen seperti ini dalam kehidupan anak cucunya.

    Buktinya, si Covid yang sedang menjajah kita membuat orang merasa tertekan.. apalagi kalau kita nggak merdeka..

    Iya kan?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Baru buka blog lagi menjelang tukuh belasan tahun ini dan baru lihat komennya Pak Anton. Tahun ini ternyata keadaan lebih parah, dan pedagang perintilan lomba masih harus menelan kecewa. Semoga keadaan segera kembali normal. Maff, saya baru balas komennya, Pak ...🙏🙏

      Hapus

Posting Komentar