Bandeng Presto Rumahan yang Maknyus

 28 Hari Terpaksa Menulis


(B)


Ada yang suka dengan bandeng presto? Yang paling terkenal sih biasanya dari Semarang, yang dijual di toko Bandeng Juwana. Juwana sendiri adalah nama sebuah kota di pesisir utara pulau Jawa, di kabupaten Pati. 


Mungkin belum banyak yang tahu kalau pemilik toko Bandeng Juwana itu adalah seorang dokter yang bernama Daniel Nugroho. Bukan sekedar pemilik, dokter Daniel ini juga yang membuat masakan bandeng prestonya dengan uji coba berulang kali sejak awal membuka usaha sampai seterkenal sekarang ini.  


Kalau kalian suka dengan bandeng presto, baik yang versi Juwana maupun versi abang-abang di pasar, mari kita coba membuatnya. Kalau seorang dokter saja bisa membuatnya dan menjadikannya ladang bisnis, masa kita emak-emak yang setiap hari memasak nggak bisa? Dari pada panci presto kalian cuma dipakai setahun sekali (atau malah belum pernah dipakai sejak beli),  mari kita coba membuatnya sendiri.


Ada cerita menarik tentang resep bandeng presto andalan saya ini. Waktu masih aktif jualan di warung, saya kenal dengan seorang bapak yang pernah membuka restoran di Amrik. Karena di sana sulit mendapatkan daun pisang untuk alas panci, beliau menggantinya dengan klobot jagung (kulit berlapis-lapis yang membungkus jagung) dan ternyata hasilnya lebih bagus.


Saya tertarik untuk mencoba cara beliau karena klobot jagung bisa didapat dengan gratis di pasar. Setelah mencoba, ternyata warna bandeng prestonya kuning cerah, tidak kuning kecoklatan seperti memakai daun pisang. Aroma jagung segar juga menguar ke seluruh dapur saat bandeng dimasak. Soal rasa sih tidak berbeda, tetapi kalau untuk dijual kan penting banget warna bandengnya cantik saat dipajang. 


Buat yang tertarik untuk mencoba, silakan langsung simak resepnya, yaaa ...


.

RESEP BANDENG PRESTO ALA JUWANA

.

Bahan:


2 kg bandeng ukuran agak kecil (1 kg isi 5 ekor)


Bumbu sama persis dengan yang dipakai mengungkep ayam sbb :


7 siung bawang merah

4 siung bawang putih

5 cm kunyit

3 cm jahe

2 sdt ketumbar

1 batang sereh

3 cm lengkuas

4 lbr daun salam

2 sdm garam

Kaldu ayam bubuk secukupnya

15 lbr daun pisang atau kulit jagung dari 20 buah jagung


Cara membuat :


Bersihkan bandeng, buang insang dan isi perut bandeng tapi jangan buang sisiknya. Bersihkan darah didalam perut bandeng. Biarkan utuh, tidak dipotong.

Haluskan semua bumbu, lengkuas dan sereh cukup digeprek.


Siapkan panci presto (ukuran 8 ltr air ). Tata daun pisang atau daun jagung di dasar panci sampai kira-kira 5 lapis (3 cm). Letakkan 5 ekor bandeng bersisian, jangan ditumpuk. Susun selapis daun diatas bandeng. Letakkan 5 ekor bandeng lagi, tutup lagi dengan daun. Ambil penutup bagian dalam panci presto yang berlubang-lubang, letakkan diatas daun. Taruh sebuah rantang diantara penutup berlubang dan tutup panci. 


Gunanya supaya ikan tidak melompat keatas ketika dipresto karena akan menjadi hancur. Tuang air agak banyak sampai kira-kira 3 cm diatas tutup berlubang. Tutup panci presto, pasang besi bulat kecil di bagian tengahnya. Tunggu sampai berbunyi. Setelah berbunyi masak selama 2 jam. Setelah kompor dimatikan, angkat besi bulat di tengah panci dengan serbet supaya uapnya keluar. Setelah uapnya habis panci baru boleh dibuka.


Biarkan sampai agak dingin, buang air yang tersisa dengan menekan penutup berlubang dengan telapak tangan. Setelah air dibuang baru angkat ikan perlahan-lahan.


Keberhasilan membuat bandeng presto ini juga tergantung dari cara menempatkan ikan di dalam panci dan memperhatikan waktu memasaknya. Kalau soal bumbu sih standar saja, kalau anda malas membuat bumbu bisa menggunakan bumbu racik ayam goreng sebanyak 1½ bungkus tapi kurangi sedikit pemakaian garamnya, tambahkan 1 sdt kunyit bubuk. Tidak perlu memakai kaldu ayam bubuk karena bumbu racik ayam goreng sudah sangat gurih.


Daun yang berlapis-lapis untuk alas panci dibutuhkan karena waktu memasaknya cukup lama. Kalaupun sampai agak hangus karena kehabisan  air,  hanya akan membuat hangus lapisan daun yang paling bawah saja.


Bandeng presto ini sangat enak, empuk sampai seluruh tulangnya. Masukkan dalam wadah yang tertutup rapat, simpan dalam kulkas (bukan freezer) tahan sampai seminggu. 


Silakan mencoba membuatnya dan kalau tertarik coba juga menjualnya. Untuk menentukan harga jual setiap daerah mungkin berbeda, tergantung harga bandeng di pasar dan siapa sasaran pembelinya. Sebagai gambaran saja, di Jakarta saya menjualnya Rp. 15. 000,- per ekor (sudah digoreng). Jadi benar dugaan kalian, bahwa postingan resep ini berbau promo, ha-ha-ha ....





Komentar